Sabtu, 05 September 2015

JURNAL

FRAMING PADA HARIAN SINGGALANG DAN HARIAN HALUAN DALAM PEMBERITAAN KINERJA 100 HARI MAHYELDI – EMZALMI
(Studi Deskriptif Pada Pemberitaan Penataan PKL Pasar Raya dan Pembenahan Tenda Ceper)

Widya Rahmi
1010862002
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas
Kampus Limau manis, Pauh Padang, Sumatera Barat 25163
whee_dya@yahoo.com

Abstrak
Pemberitaan kinerja 100 Hari kerja Mahyeldi-Emzalmi dijadikan sebagai patokan keberhasilan Mahyeldi-Emzalmi dalam mengelola kota Padang serta menjadi tolak ukur keseriusan Walikota dan Wakil Walikota yang baru dalam membenahi masalah-masalah di kota Padang. Setiap media memiliki konstruksi yang berbeda dalam memberitakannya. Penelitian ini menggunakan dua media lokal Padang yaitu harian Singgalang dan harian Haluan karena kedua media ini yang sangat terlihat kontras dalam memberitakan kinerja 100 hari Mahyeldi. Untuk memahami  hal tersebut maka peneliti melihat dari sudut pandang konstruksi sosial media massa dengan menggunakan analisis framing model Gamson. Pendekatan ini mencermati bagaimana media mengkonstruksi realitas dengan menggunakan sejumlah perangkat yakni idea element (elemen inti berita), framing devices yang terdiri dari perangkat methapors, exemplaar, catchphrases, depiction dan visual image, serta reasoning devices yang terdiri perangkat roots, appeals to principle dan consequences. Sedangkan metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harian Singgalang secara umum menilai kinerja Mahyeldi-Emzalmi sangat baik terlihat dari pengunaan judul yang terkesan hati-hati namun jika dilihat dari segi isi berita, terlihat bahwa Singgalang melakukan pencitraan terhadap Mahyeldi. Pemilihan narasumber untuk pemberitaannya pun, harian Singgalang lebih banyak memilih orang-orang dari kalangan pemerintahan. Sedangkan harian Haluan menilai kinerja Mahyeldi belum tuntas terlihat dari segi pengunaan judul yang terkesan lebih sedikit berani begitu juga isi berita. Pemilihan narasumber untuk pemberitaannya juga beragam.

Kata kunci : 100 hari kerja Walikota, konstruksi, framing








PENDAHULUAN
Latar belakang
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) yang diselenggarakan oleh KPUD Padang selama dua putaran yaitu putaran pertama pada tanggal 30 Oktober 2013 dan putaran kedua pada 5 Maret 2014 berhasil membawa pasangan Mahyeldi-Emzalmi menduduki posisi Walikota Padang dan Wakil Walikota Padang. Meskipun sempat digugat oleh pihak pasangan Desri Ayunda dan James Hellyward pada pemilukada putaran kedua, namun pada akhirnya sidang Mahkamah Konstitusi membatalkan gugatan tersebut dan menetapkan Mahyeldi- Emzalmi sebagai Walikota dan Wakil Walikota Padang terpilih periode 2014/2019 (http://www.antarasumbar.com, 10/9/14/11:15)
Pada 13 Mei 2014 Mahyeldi-Emzalmi resmi dilantik dan resmi menjabat sebagai Walikota dan Wakil Walikota Padang. Mahyeldi Emzalmi mencanangkan 10 program unggulan selama masa kampanye. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi Walikota dan Wakil Walikota baru untuk memajukan kota Padang yang sejalan dengan pelaksanaan itu, Mahyeldi-Emzalmi memprioritaskan “100 hari kerja Mahyeldi-Emzalmi”  dengan melakukan penataan pedagang kaki lima (PKL) yang ada disepanjang Pasar Raya mulai dari bundaran Air Mancur sampai ke Permindo dan penataan PKL di kawasan pinggir pantai Padang dengan mengusung program Lapak Panjang Cimpago ( http://metropadang.com, 9 /7/14/21:30)
Kinerja 100 hari pemerintah merupakan tolak ukur yang sering dijadikan patokan untuk evaluasi kinerja pemerintah baru, karena dari sini dapat tergambar bagaimana progres kerja pemerintah kedepannya, begitu juga dengan 100 hari kerja Walikota baru Padang Mahyeldi dan Emzalmi. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001)
Kinerja 100 Hari kerja Mahyeldi-Emzalmi menjadi pemberitaan di beberapa media massa khususnya media cetak di kota Padang, karena itu 100 hari kerja ini dijadikan sebagai patokan keberhasilan Mahyeldi-Emzalmi dalam mengelola kota Padang serta menjadi tolak ukur keseriusan Walikota dan Wakil Walikota yang baru dalam membenahi masalah-masalah yang ada di kota Padang.
Media massa (media cetak) sebagai salah satu saluran komunikasi politik, dalam menjalankan perannya memiliki dua peran yaitu : peran pertama, peran yang intinya pers menempatkan diri sebagai saluran atau cermin dari pihak yang diwakili aspirasinya, dan peran kedua pers sebagai wakil publik, pengkritik pemerintah, pendukung dan pembuat kebijakan (McQuail, 1989 : 10). Oleh karena itu media massa dituntut untuk netral dan objektif dalam setiap pemberitaannya, apalagi jika menyangkut kepentingan publik dan pemerintahan.
Media massa sebagai penyedia informasi, memiliki peran penting dalam mempengaruhi persepsi dan opini masyarakat. Opini publik yaitu upaya membangun sikap dan tindakan khalayak mengenai suatu masalah politik atau aktor politik (Nimmo, 1993 : 5). Opini yang terbentuk tersebut tidak lepas dari peran pekerja media dan ideologi yang dianut oleh media tersebut sehingga setiap berita yang mereka informasikan merupakan hasil konstruksi realitas. 
Berita pada dasarnya bukanlah peristiwa, tapi berita adalah laporan dari peristiwa yang diliput oleh wartawan atau jurnalis di lapangan yang kemudian dilaporkan melalui media massa. Jadi dapat kita artikan bahwa berita adalah upaya menceritakan kembali suatu peristiwa dan para pekerja media mengolahnya kembali sesuai dengan sudut pandang dan ideologi mereka sehingga ada upaya untuk mengkonstruksi realitas.
Pada dasarnya dalam setiap pemberitaan media mempunyai  frame tertentu dan  tidak dapat dipisahkan dengan konstruksi realitas. Konstruksi realitas pada prinsipnya adalah upaya menceritakan (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau benda tak terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan politik adalah usaha mengkonstruksi realitas dan ini menjadi bagian penting dalam pemberitaan (Hamad, 2004: 11).
Begitu juga dengan pemberitaan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi, media massa berusaha mengkonstruksi berita tersebut sesuai dengan ideologinya dan itu dapat terlihat melalui analisis framing. Framing ini akan didapatkan melalui pemberitaan kinerja Mahyeldi-Emzalmi selama 100 hari sebagai Walikota dan Wakil Walikota Padang di media cetak lokal Padang yaitu Harian Singgalang dan Harian Haluan.
Setiap media massa memiliki cara pandang sendiri dalam menilai setiap keberhasilan program kerja yang telah dilakukan oleh Mahyeldi. Beberapa media ada yang mengesankan keberpihakan dan optimis terhadap program Mahyeldi namun beberapa media lagi justru memandang pesimis dan mengkritik kinerja Mahyeldi-Emzalmi. Pemberitaan ini tentunya akan berpengaruh terhadap pandangan publik.
pemberitaan secara berkesinambungan disajikan oleh harian Singgalang dan harian Haluan. Beberapa berita sempat dijadikan headline di masing-masing media terhitung sejak Mahyeldi-Emzalmi resmi menjabat Walikota dan Wakil Walikota Padang 2014/2019.
Peneliti mengangkat tema pemberitaan kinerja 100 hari kerja Mahyeldi-Emzalmi karena merupakan berita yang dinantikan oleh masyarakat karena, mengusung program yang berkaitan dengan isu yang sering diperbincangkan oleh masyarakat yaitu masalah tenda ceper dan Pasar Raya. Sedangkan pemilihan harian Singgalang dan harian Haluan karena media ini memiliki pandangan yang berbeda dalam menilai kinerja 100 hari kerja Mahyeldi-Emzalmi. Harian Singgalang menilai kinerja Mahyeldi-Emzalmi sangat baik sedangkan harian haluan menilai kinerja Mahyeldi-Emzalmi belum tuntas. Pemilihan harian Singgalang karena media ini adalah media cetak yang paling banyak di baca oleh oleh masyarakat Padang berdasarkan survei yang dilakukan oleh lembaga survei InCost.
Sedangkan pemilihan harian haluan karena harian lokal tertua di Sumatera Barat yang pertama kali terbit pada tanggal 1 Mei 1948 ini paling intens memberitakan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi selama periode 13 Mei sampai 22 Agustus 2014 dibandingkan media lokal lainnya. Harian Haluan memberitakan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi sebanyak 37 kali pemberitaan, harian Singgalang sebanyak 19 kali pemberitaan, sedangkan media lokal lainnya seperti Padang Ekspress dan Posmetro lebih sedikit memberitakan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis framing. Analisis framing merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap rahasia di balik semua perbedaan (bahkan pertentangan) media dalam mengungkapkan fakta (Eriyanto, 2004 : VI). Karena itu peneliti menggunakan harian Singgalang dan harian Haluan untuk menunjukkan rahasia dibalik perbedaan framing antara kedua media tersebut.
Penelitian ini memakai model William Gamson, menurutnya frame sebagai organisasi gagasan sentral dan cara bercerita (story line) atau gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Gamson melihat wacana media, khususnya berita terdiri atas sejumlah kemasan atau package yang didalamnya terdapat perangkat-perangkat framing (Eriyanto, 2002 : 223).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti, maka peneliti merumuskan masalah yang hendak diteliti, yaitu : Bagaimana harian Singgalang dan harian Haluan memframing berita seputar kinerja Mahyeldi-Emzalmi dalam penataan PKL Pasar Raya dan pembenahan kawasan pinggir Pantai Padang?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan judul dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : Mendeskripsikan framing harian Singgalang dan harian Haluan pada berita seputar kinerja Mahyeldi-Emzalmi dalam penataan PKL Pasar Raya dan pembenahan kawasan pinggir Pantai Padang.
LANDASAN TEORI
Komunikasi Politik di Media Massa
Maswardu Rauf (1993) menyebutkan komunikasi politik sebagai objek kajian ilmu politik karena pesan-pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi bercirikan politik, yaitu berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintah, dan aktivitas komunikator sebagai pelaku kegiatan politik (Hikmat, 2011:360).
Dalam komunikasi politik, konstruksi realitas oleh media massa menjadi sangat khas sebab cara sebuah media mengkonstruksikan suatu peristiwa politik akan memberi citra tertentu mengenai sebuah realitas politik yang bagi aktor dan partai politik ini sangat penting demi kepentingan politiknya masing-masing. Bagi media massa cara mereka mengkontruksi realitas politik dapat menjadi strategi menyimpan motif masing-masing dibalik wacana yang dibangunnya (Hamad, 2004:11).
Konstruksi Sosial
Konstruksi sosial (social construction), tidak bisa terlepaskan dari bangunan teoritik yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Berawal dari istilah konstruktivisme, konstruksi realitas sosial terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge tahun 1966. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.
Konstruksi Realitas Sosial  di Media Massa
Pamela J Shoemaker dan Stephen D Reese dalam Dewi (2004: 19-20) mengatakan politik representatif media memberikan penegasan dalam memproduksi berita, pihak pers sudah menciptakan framing, konstruksi, sudut pandang tertentu terhadap realitas sosial yang dihadapinya. Semua ini terjadi dalam suatu tatanan yang bersifat hierarki, melalui berbagai tingakatan berikut ini:
Pertama faktor individu. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media. Level individu melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur, agama, sedikit banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media.
Kedua, level rutinitas media yang berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik atau apa kriteria kelayakan berita.
Ketiga, level organisasi yang berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang tunggal dalam organisasi media, ia sebaliknya bagian kecil dalam organisasi media  itu sendiri. Masing-masing komponen dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri
Keempat, ekstramedia yang berhubungan dengan lingkungan diluar media. Meskipun berada diluar organisasi media, hal-hal diluar organisasi media sedikit banyak mempengaruhi pemberitaan media.
Kelima, pengaruh ideologi. Ideologi disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat.
Karena sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan media massa adalah mengkontruksi berbagai realitas yang akan diberitakan. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi sehinggga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media adalah realitas yang dikontruksikan dalam bentuk wacana yang bermakna (Hamad, 2004:11).
Teori Framing
Gagasan tentang framing pertama kali dilontarkan oleh Baterson tahun 1955. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing indivisu dalam membaca realitas (Sobur, 2002 : 161-162).
Ada dua aspek penting dalam framing yaitu :
1.      Memilih fakta atau realitas. Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu dan melupakan fakta yang lain, memberikan aspek tertentu dan melupakan aspek lainnnya. Intinya, peristiwa dilihat dari sisi tertentu.
2.      Menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentual foto dan gambar apa dan sebagainya. (Eriyanto, 2002:79-81).
Tiga ciri utama framing yaitu :
1.      Menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek lain.
Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas. Dalam penulisan sering disebut sebagai fokus. Berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya, ada aspek lain yang tidak mendapatkan perhatian yang memadai.
2.      Menampilkan sisi tertentu-melupakan sisi lain.
Menampilkan aspek tertentu menyebabkan aspek lain yang lebih penting dalam memahami realitas tidak mendapatkan liputan yang memadai dalam berita.
3.      Menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor lain.
Berita seringkali juga memfokuskan pemberitaan pada aktor tertentu. Ini tentu saja tidak salah. Tetapi efek yang segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak atau aktor tertentu menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.
Analisis Framing William A. Gamson
William Gamson adalah salah satu ahli yang paling banyak menulis mengenai framing. Gagasan Gamson mengenai frame media ditulis bersama Andre Modigliani. Dalam formula yang dibuat oleh Gamdon dan Modigliani, frame dipandang sebagai cara bercerita (story line) atau gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Gamson melihat wacana media (khususnya berita) terdiri atas sejumlah kemasan (package) melalui mana konstruksi atas suatu peristiwa dibentuk.
Kemasan (package) tersebut, dibayangkan sebagai wadah atau struktur yang mengorganisir sejumlah informasi yang menunjukkan posisi atau kecendrungan politik dan yang membantu komunikator untuk menjelaskan muatan-muatan di balik suatu isu atau peristiwa. Keberadaan dari suatu package terlihat dari adanya gagasan senral yang kemudian didukung oleh perangkat wacana seperti kata, kalimat, pemakaian gambar atau grafik tertentu, proposisi dan sebagainya. Semua elemen dan struktur wacana tersebut mengarah pada ide tertentu dan mendukung ide sentral dari suatu berita. (Eriyanto, 2002 : 223 -225).

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
            Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif. Adapaun jenis penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dimana  peneliti mendeskripsikan elemen-elemen framing Gamson yang terdapat pada setiap berita mengenai kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi untuk mengetahui bagaimana konstruksi realitas yang dilakukan oleh harian Singgalang dan harian Haluan dengan menggunakan analisis framing dan paradigma konstruktivisme.

Sumber Data
 Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber asli atau unit observasi. Sumber asli disini diartikan sebagai sumber pertama dari mana data tersebut diperoleh. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan data primer yaitu rekap berita seputar pemberitaan 100 hari kerja Mayeldi yang didapat di Harian Singgalang dan harian Haluan selama tanggal 13 Mei sampai 22 Agustus 2014.
Data sekunder, yaitu data dari sumber lain yang mampu mendukung penelitian ini, seperti wawancara dengan pihak Redaktur Harian Singgalang dan Harian Haluan serta tentang profil objek yang diteliti. Kemudian teori-teori yang mendukung analisis dan penginterpretasian data yang dikumpulkan,serta literatur kepustakaan lain yang mendukung penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Kriyantono, 2010: 95). Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu dokumentasi, wawancara dan literatur.
1.      Dokumentasi
Penelitian ini mengumpulkan data dengan cara dokumentasi dari teks yang terdapat dalam surat kabar. Data tersebut adalah berita yang terkait dengan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi pada Harian Singgalang dan Harian Haluan peroide tanggal 13 Mei 2014 sampai 22 Agustus 2014.
2.      Wawancara
Pada proses penelitian ini, peneliti mewawancarai Koordinator Liputan harian Singgalang yaitu Gusnaldi Saman, Redaktur Singgalang Lenggogeni, Redaktur Pelaksana harian Haluan yaitu Rahmatul Akbar serta Kasubag Publikasi Humas Pemko yaitu Tafrizal. Mereka memiliki peran besar dalam menentukan bingkai dari suatu fakta karena selain turut serta dalam rapat redaksi, juga sebagai penyunting dari berita yang diberikan reporter sedangkan wawancara dengan pihak humas untuk mengetahui bagaimana hubungan kerja sama humas dengan harian Singgalang dan harian Haluan. Peneliti mempersiapkan daftar pertanyaan sebelum wawancara, namun pada saat wawancara berlangsung peneliti menambahkan pertanyaan baru yang terkait permasalahan.
3.      Literatur
Studi kepustakaan dengan mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan substansi penelitian. Data penunjang ini diperoleh dari berbagai dokumentasi seperti internet dan literatur lainnya untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dalam menganalisa permasalahan. Seperti mengikuti perkembangan berita mengenai kinerja Mahyeldi-Emzalmi sejak resmi menjabat sampai pada 100 hari kerja Mahyeldi-Emzalmi  di media massa cetak, elektronik dan online. Membaca buku-buku yang berkaitan dengan framing dan cara menginterpretasi sebuah teks. Penelitian ini juga ditunjang oleh beberapa hasil penelitian terdahulu dan buku-buku yang relevan sebagaimana tersebut di atas.

Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah analisis framing, khususnya mengikuti pendekatan Gamson. Hal ini bertujuan untuk mencari tahu kecendrungan pemberitaan Harian Singgalang dan harian Haluan terhadap pemberitaan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi.
Dalam analisis framing Gamson ini frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang disebut package. Dalam model Gamson ini terdapat dua struktur yaitu core frame dan condensing symbols. Core frame (gagasan sentral) pada dasarnya berisi elemen-elemen inti untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap suatu peristiwa dan mengarahkan makna isu yang dibangun oleh condensing symbol. Condensing symbol adalah hasil pencermatan terhadap interaksi perangkat simbolik (framing devices dan reasoning devices) sebagai dasar digunakannya perspektif.
Framing devices (perangkat pembingkai) yaitu perangkat yang berhubungan dan berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Perangkat pembingkai ini terdiri dari metaphors, exemplars, catchphrases, depictions, dan visual images yang menekankan pada aspek bagaimana memandang suatu isu. Sedangkan pada struktur reasoning devices, menekankan aspek pembenaran terhadap cara memandang isu yang terdiri dari roots (analisis kausal), appeals to principle (klaim moral), dan consequences.
Metaphors merupakan sebuah cara untuk memahami makna dengan merealisasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata ibarat, bak, seumpama, laksana yang terdapat pada teks berita tersebut.
Exemplars mengandung pengertian mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot makna yang lebih besar untuk dijadikan sebagai rujukan atau penjelas. Posisinya menjadi pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita, hal ini untuk membenarkan perspektif wartawan, sehingga dapat dikatakan mengaitkan berita dengan contoh nyata atau merupakan uraian yang memperjelas bingkai.
Catchpharases merupakan istilah, bentukan kata, atau frase khas yang menarik, menonjol dalam suatu teks berita serta dapat mencerminkan fakta dan merujuk pada pemikiran tertentu. Hal ini, umumnya berupa slogan, semboyan dan jargon.
Depictions dipahami sebagai penggambaran atau pelukisan suatu isu dengan menggunakan kata, istilah, dan kalimat yang bersifat konotatif. Hal ini umumnya berupa kosakata, leksikon untuk memberikan label tertentu pada objek yang diberitakannya.
Visual images dapat berupa foto, diagram, grafis, tabel, kartun untuk mengekspresikan kesan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan oleh wartawan melalui teks berita, misalnya memberikan perhatian, dukungan, penolakan dengan membesar-besarkan, menebalkan dan memiringkan teks dalam berita.
Roots (analisis kausal) adalah pembenaran isu dengan menghubungkan suatu objek yang dianggap menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain. Tujuannya membenarkan penyimpulan fakta berdasarkan hubungan sebab-akibat yang digambarkan.
Appeals to Princple atau premis dasar berupa klaim-klaim moral. Sedangkan Consequences atau konsekuensi yang didapatkan dari bingkai.

HASIL PENELITIAN
Pemberitaan di media baik itu media massa cetak, media massa elektronik dan media online tidak akan lepas dari upaya untuk konstruksi realitas. Konstruksi yang dihasilkan oleh setiap media berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pengaruh internal berhubungan dengan kepentingan pemilik media, individu wartawan sebagai pencari berita, rutinitas organisasi media. Sedangkan pengaruh eksternal berhubungan dengan para pengiklan, pemerintah, masyarakat dan faktor lainnya.
Harian Singgalang dan harian Haluan media massa cetak lokal yang ada di kota Padang, keduanya adalah sama-sama media partner Pemerintah kota Padang. Walaupun Singgalang dan Haluan merupakan media partner pemerintah kota Padang, frame yang dibentuk oleh masing-masing media berbeda. Kedua media lokal Padang ini memiliki cara mereka tersendiri dalam mengkonstruksi pemberitaan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi.
Karena Analisis framing menggunakan paradigma konstruksionis, maka hal ini dianggap wajar karena menurut pandangan konstruksionis, media tidak bertindak sebagai suatu institusi yang netral dalam menyampaikan pesan. Media bukanlah saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya (Eriyanto, 2002 : 22).
Melalui analisis framing yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan analisis framing Gamson dan didukung wawancara dengan Kasubag Humas  Pemko (Tafrizal), Koordinator Liputan (Gusnaldi Saman) dan Redaktur Pelaksana Haluan (Rahmatul Akbar), terlihat hubungan yang cukup dekat antara Pemko dan Singgalang dibandingkan dengan Haluan, sehingga relasi yang terbangun antara keduanya sangat baik dan mengesankan pencitraan terhadap Mahyeldi. Berbeda dengan Haluan yang sedikit lebih kritis.
Selain karena relasi yang baik antara Pemko dengan Singgalang, pemberitaan yang terkesan pencitraan juga disebabkan seringnya Pemko memasang pariwara di harian Singgalang daripada di harian Haluan.
  1. Pembahasan Frame Harian Singgalang
Harian Singgalang adalah media swasta lokal di Sumatera Barat, dimana isi pemberitaanya lebih dominan mengenai pembangunan  daerah. Kebijakan dan strategi pemberitaan harian Singgalang selalu berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan pembangunan, sosialisasi dan kebijakan pemerintahan. Begitu juga dalam memberitakan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi, Singgalang lebih banyak memaparkan pencapaian-pencapaian yang telah dilakukan Mahyeldi selama 100 hari menjabat sebagai Walikota Padang.
Singgalang dalam mengkontruksi pemberitaan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi berdasarkan pada kebutuhan publik akan informasi yang bermuatan lokal khususnya kota Padang yang sangat sulit didapatkan dari media-media mainstream. Pemberitaan program kerja Mahyeldi-Emzalmi juga dapat dijadikan bahan evaluasi kinerja pemerintah. Selain itu Singgalang mengangkat berita ini juga dipengaruhi oleh kepentingan media sendiri baik kepentingan idiil dan materil.
Dari segi pengunaan judul, Singgalang terkesan hati-hati sehingga tidak terlalu terlihat keberpihakannya yang pada Mahyeldi namun jika dilihat dari segi isi berita yang telah dianalisis peneliti menggunakan framing Gamson, terlihat bahwa Singgalang sangat mendukung Mahyeldi bahkan terkesan Singgalang seperti melakukan pencitraan terhadap Mahyeldi. Misalnya berita Singgalang yang berjudul “HUT Padang ke-345 : Sejumlah Persoalan Masih Mengapung”, dari judul tersebut mungkin yang tergambar di benak khalayak bahwa masih banyak persoalan di kota Padang yang belum beres namun jika dibaca dan dipahami lagi isi pemberitaannya, Singgalang tidak menyalahkan Mahyeldi akan hal ini, masyarakat diharapkan maklum karena Mahyeldi baru menjabat dua bulan.
Dari pemilihan narasumber untuk pemberitaannya pun, harian Singgalang lebih banyak memilih orang-orang dari kalangan pemerintahan, seperti ketua DPRD Padang sementara, anggota DPRD Padang dan Walikota Padang.
Singgalang dalam memberitakan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalm terlihat ketimpangan dalam pemilihan narasumber untuk pemberitaan dan hal ini berdampak pada objektifitas dan netralitas Singgalang dalam menyajikan pemberitaan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi ini karena Singgalang lebih banyak mengutip pendapat-pendapat narasumber yang dekat dengan kalangan pemerintahan dan tidak memasukan kutipan pendapat dari pedagang-pedagang yang menjadi korban dari penertiban.
Singgalang bahkan dalam satu berita yang memaparkan satu per satu progres Mahyeldi di setiap program unggulannya. Khusus untuk pemberitaan  penataan PKL Pasar Raya dan penaatan kawasan pantai Padang dari tenda ceper, Singgalang menilai Mahyeldi sudah berhasil menyelesaikanya dalam kurung waktu kurang dari 100 hari. Dari sini juga dapat dilihat bahwa Singgalang dan pemerintah memiliki kedekatan. Kedekatan ini mempengaruhi bagaimana frame yang dilakukan Singgalang.
  1. Pembahasan Frame Harian Haluan
Harian Haluan adalah media lokal swasta dengan taglinenya “mencerdaskan kehidupan masyarakat”. Pemberitaan yang disajikan oleh harian Haluan lebih kritis dibandingkan harian lokal lain di kota Padang yang isinya didominasi oleh hal-hal positif dan pencitraan kepala daerah. Walupun lebih kritis dibandingkan media cetak lokal lain, Haluan masih berhati-hati dalam menulis pemberitaannya terkait 100 Hari Mahyeldi ini.
Sama seperti Singgalang, Haluan dalam mengkontruksi pemberitaan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi berdasarkan pada kebutuhan publik akan informasi yang bermuatan lokal khususnya kota Padang. Haluan mengangkat berita ini juga dipengaruhi oleh kepentingan media sendiri baik kepentingan idiil dan materil. Haluan memandang bahwa fungsi media adalah kontrol bagi pemerintah karena itu kritik yang membangun perlu dilakukan oleh media lokal untuk mengingat pemerintah.
Dari segi pengunaan judul, Haluan terkesan lebih sedikit berani begitu juga isi berita, terlihat bahwa Haluan sedikit lebih kritis. Misalnya berita Haluan yang berjudul “Ditertibkan Tanpa Solusi : Hari Ini, Pedagang Demo Dinas Pasar”. Dari judul tersebut sudah dapat tergambar bahwa Haluan menyalahkan pihak Dinas pasar yang melakukan penertiban terhadap PKL tanpa memberikan mereka solusi untuk tetap bisa mencari nafkah, dari isi berita juga dipaparkan kekesalan dan kemarahan para pedagang-pedagang. Walaupun tidak menyalahkan Mahyeldi secara langsung namun tetap saja arah pemberitaan tentu mengkritik kebijakan Mahyeldi sebagai Walikota Padang.
Dari pemilihan narasumber untuk pemberitaannya, Haluan lebih beragam yang meliputi dari berbagai lapisan masyarakat seperti pemuka adat, pemuka agama, pedagang kaki lima, Walikota Padang, Dinas Pemkot Padang dan anggota DPRD.
Dalam memberitakan program kerja Mahyeldi-Emzalmi dapat terlihat Haluan berusaha untuk netral dan objektifitas. Karena melihat berita bukan dari satu sisi saja seperti berita evaluasi 100 hari, Haluan memaparkan apa yang telah berhasil dilakukan Mayeldi dan apa yang masih menjadi pekerjaan rumah untuk Mahyeldi.
Pada pemberitaaan kinerja 100 hari kinerja Mahyeldi-Emzalmi, secara umum Haluan Mahyeldi menilai kinerja Mahyeldi masih belum tuntas sepenuhnya terutama dalam menangani Pasar Raya. Harian Haluan mengakui keberhasilan Mahyeldi dalam penataan kawasan pantai Padang dengan memusnahkan tenda ceper yang selama ini sering dikeluhkan oleh masyarakat sebagai sarang maksiat di kota Padang, namun untuk penataan Pasar Raya, Haluan menilainya masih setengah beres karena sampai saat ini Pasar masih semrawut walaupun sudah diberlakukan jam berjualan untuk PKL.
 Selain itu pelaksanaan program unggulan juga belum terlihat selama 100 hari Mahyeldi-Emzalmi menjabat. Pembangunan fisik yang nyata juga belum dapat dilihat masyarakat.

KESIMPULAN
Pada dasarnya pemberitaan di media massa adalah hasil konstruksi realitas dan konstruksi ini berbeda-beda pada setiap media tergantung bagaimana media mengemas beritanya. Proses pengemasan berita menjadi suatu framing tertentu ditentukan oleh faktor dari wartawan yang menyeleksi isu dan menuliskan berita, rutinitas media, struktur organisasi, faktor lain diluar media dan pengaruh ideologi yang dianut oleh media yang bersangkutan sehingga dapat dikatakan bahwa framing bukan hanya berkaitan dengan wartawan tapi juga medianya sebagai lembaga yang memproduksi berita.
Pada harian Singgalang secara umum menilai kinerja Mahyeldi-Emzalmi sangat baik dan dari segi pengunaan judul, Singgalang terkesan hati-hati sehingga tidak terlalu terlihat keberpihakannya yang pada Mahyeldi namun jika dilihat dari segi isi berita, terlihat bahwa Singgalang sangat mendukung Mahyeldi bahkan terkesan Singgalang seperti melakukan pencitraan terhadap Mahyeldi. Pemilihan narasumber untuk pemberitaannya pun, harian Singgalang lebih banyak memilih orang-orang dari kalangan pemerintahan, seperti ketua DPRD Padang sementara, anggota DPRD Padang dan Walikota Padang.
Dalam menilai permasalahan tenda ceper, Singgalang banyak melihatnya dari aspek  hukum dan sosial yang merusak citra kota padang. Dan dalam pemberitaan tentang pasar raya, Singgalang  menilai bahwa masih semrawutnya pasar pasca ditertibkan karena adanya pungutan liar.
Pada Harian Haluan menilai kinerja Mahyeldi belum terlaksana dengan baik seluruhnya karena pasar Raya belum sepenuhnya bisa dituntaskan dan dari segi pengunaan judul, Haluan terkesan lebih sedikit berani begitu juga isi berita, terlihat bahwa Haluan sedikit lebih kritis. Pemilihan narasumber untuk pemberitaannya, Haluan lebih beragam yang meliputi dari berbagai lapisan masyarakat seperti pemuka adat, pemuka agama, pedagang kaki lima, Walikota Padang, Dinas Pemkot Padang dan anggota DPRD.
Dalam menilai permasalahan tenda ceper, Haluan lebih melihanya dari aspek sosial dan moral yang dapat merusak generasi bangsa dan dalam menilai masalah Pasar Raya, Haluan menilai bahwa masih semrawutnya pasar karena dinas pasar dan pemko tidak memberikan solusi yaitu menyediakan tempat baru untuk pedagang berdagang sehingga pedagang kembali membuka lapak.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan, ada beberapa saran yang ingin peneliti samapaikan, diantara lain adalah :
  1. Sebagai kontrol sosial, harian Singgalang dan harian Haluan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pemberitaan yang menitikberatkan pada asas-asas jurnalistik agar menjaga setiap pemberitaannya tetap berimbang dan objektif.
  2. Khalayak diharapkan dapat memahami makna yang terdapat dalam sebuah berita dengan lebih kritis dalam melihat, memahami dan menyikapi berita yang disajikan media serta aktif mencari tahu dari sumber media lainnya untuk mengetahui kualitas kebenaran sebuah informasi tidak langsung mempercayai sepenuhnya apa yang disajikan oleh media.
  3. Kepada calon peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian yang serupa agar bisa mengembangkan penelitian ini lebih lanjut agar  konstruksi realitas yang dilakukan media bisa digalli lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Dirkursus Teknologi Komunikasi di masyarakat. Jakarta : Kencana
Cangara, Hafid. 2011. Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta : Rajawali Pers
Denis, McQuail. 1989. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Erlangga.
Eriyanto. 2002. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta : LKiS
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa : Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-Berita politik. Jakarta :Granit
Hikmat, M. Mahi. 2011. Komunikasi Politik : Teori dan Praktik Dalam Pilkada Langsung. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Krisyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis : Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana
Littlejohn, Stephen W dan karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika
Nimmo, Dan. 1993. Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan dan Media. Bandung : Remaja Rosadarya
Nuruddin. 2007. Pengantar Komunikasi Masa. Jakarta : Rajawali Pers
Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung : PT. Remaja Rosadakarya.
Sumadiria, Haris.2008. Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung : Simbiosa Rekatama Media


Tidak ada komentar: