FRAMING PADA
HARIAN SINGGALANG DAN HARIAN HALUAN DALAM PEMBERITAAN KINERJA 100 HARI MAHYELDI
– EMZALMI
(Studi Deskriptif Pada Pemberitaan Penataan PKL
Pasar Raya dan Pembenahan Tenda Ceper)
Widya Rahmi
1010862002
Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik
Universitas
Andalas
Kampus Limau manis, Pauh Padang, Sumatera Barat
25163
whee_dya@yahoo.com
Abstrak
Pemberitaan kinerja 100 Hari kerja Mahyeldi-Emzalmi dijadikan sebagai
patokan keberhasilan Mahyeldi-Emzalmi dalam mengelola kota Padang serta menjadi
tolak ukur keseriusan Walikota dan Wakil Walikota yang baru dalam membenahi
masalah-masalah di kota Padang. Setiap media memiliki konstruksi yang berbeda
dalam memberitakannya. Penelitian ini menggunakan dua media lokal Padang yaitu
harian Singgalang dan harian Haluan karena kedua media ini yang sangat terlihat
kontras dalam memberitakan kinerja 100 hari Mahyeldi. Untuk memahami hal tersebut maka peneliti melihat dari sudut
pandang konstruksi sosial media massa dengan menggunakan analisis framing model Gamson. Pendekatan ini
mencermati bagaimana media mengkonstruksi realitas dengan menggunakan sejumlah
perangkat yakni idea element (elemen
inti berita), framing devices yang
terdiri dari perangkat methapors, exemplaar, catchphrases, depiction
dan visual image, serta reasoning devices yang terdiri perangkat
roots, appeals to principle dan consequences.
Sedangkan metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa harian Singgalang secara umum menilai kinerja Mahyeldi-Emzalmi
sangat baik terlihat dari pengunaan judul yang
terkesan hati-hati namun jika dilihat dari segi isi berita, terlihat bahwa
Singgalang melakukan pencitraan terhadap Mahyeldi. Pemilihan narasumber untuk pemberitaannya pun, harian
Singgalang lebih banyak memilih orang-orang dari kalangan pemerintahan. Sedangkan harian Haluan
menilai kinerja Mahyeldi belum tuntas terlihat dari segi pengunaan judul yang terkesan lebih sedikit berani begitu juga
isi berita. Pemilihan narasumber untuk pemberitaannya juga beragam.
Kata kunci :
100 hari kerja Walikota, konstruksi, framing
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pemilihan Umum Kepala Daerah
(Pemilukada) yang diselenggarakan oleh KPUD Padang selama dua putaran yaitu
putaran pertama pada tanggal 30 Oktober 2013 dan putaran kedua pada 5 Maret
2014 berhasil membawa pasangan Mahyeldi-Emzalmi menduduki posisi Walikota
Padang dan Wakil Walikota Padang. Meskipun sempat digugat oleh pihak pasangan
Desri Ayunda dan James Hellyward pada pemilukada putaran kedua, namun pada
akhirnya sidang Mahkamah Konstitusi membatalkan gugatan tersebut dan menetapkan
Mahyeldi- Emzalmi sebagai Walikota dan Wakil Walikota Padang terpilih periode
2014/2019 (http://www.antarasumbar.com, 10/9/14/11:15)
Pada 13 Mei 2014 Mahyeldi-Emzalmi resmi
dilantik dan resmi menjabat sebagai Walikota dan Wakil Walikota Padang.
Mahyeldi Emzalmi mencanangkan 10 program unggulan selama masa kampanye. Inilah
yang menjadi pekerjaan rumah bagi Walikota dan Wakil Walikota baru untuk
memajukan kota Padang yang sejalan dengan pelaksanaan itu, Mahyeldi-Emzalmi
memprioritaskan “100 hari kerja Mahyeldi-Emzalmi” dengan melakukan penataan pedagang kaki lima
(PKL) yang ada disepanjang Pasar Raya mulai dari bundaran Air Mancur sampai ke
Permindo dan penataan PKL di kawasan pinggir pantai Padang dengan mengusung
program Lapak Panjang Cimpago ( http://metropadang.com, 9 /7/14/21:30)
Kinerja 100 hari pemerintah merupakan
tolak ukur yang sering dijadikan patokan untuk evaluasi kinerja pemerintah
baru, karena dari sini dapat tergambar bagaimana progres kerja pemerintah
kedepannya, begitu juga dengan 100 hari kerja Walikota baru Padang Mahyeldi dan
Emzalmi. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001)
Kinerja 100 Hari kerja Mahyeldi-Emzalmi
menjadi pemberitaan di beberapa media massa khususnya media cetak di kota
Padang, karena itu 100 hari kerja ini dijadikan sebagai patokan keberhasilan
Mahyeldi-Emzalmi dalam mengelola kota Padang serta menjadi tolak ukur
keseriusan Walikota dan Wakil Walikota yang baru dalam membenahi
masalah-masalah yang ada di kota Padang.
Media massa (media cetak) sebagai
salah satu saluran komunikasi politik, dalam menjalankan perannya memiliki dua
peran yaitu : peran pertama, peran yang intinya pers menempatkan diri sebagai
saluran atau cermin dari pihak yang diwakili aspirasinya, dan peran kedua pers
sebagai wakil publik, pengkritik pemerintah, pendukung dan pembuat kebijakan
(McQuail, 1989 : 10). Oleh karena itu media massa dituntut untuk netral dan
objektif dalam setiap pemberitaannya, apalagi jika menyangkut kepentingan
publik dan pemerintahan.
Media massa sebagai penyedia informasi,
memiliki peran penting dalam mempengaruhi persepsi dan opini masyarakat. Opini
publik yaitu upaya membangun sikap dan tindakan khalayak mengenai suatu masalah
politik atau aktor politik (Nimmo, 1993 : 5). Opini yang
terbentuk tersebut tidak lepas dari peran pekerja media dan ideologi yang
dianut oleh media tersebut sehingga setiap berita yang mereka informasikan
merupakan hasil konstruksi realitas.
Berita pada dasarnya bukanlah peristiwa,
tapi berita adalah laporan dari peristiwa yang diliput oleh wartawan atau
jurnalis di lapangan yang kemudian dilaporkan melalui media massa. Jadi dapat
kita artikan bahwa berita adalah upaya menceritakan kembali suatu peristiwa dan
para pekerja media mengolahnya kembali sesuai dengan sudut pandang dan ideologi
mereka sehingga ada upaya untuk mengkonstruksi realitas.
Pada dasarnya dalam setiap pemberitaan
media mempunyai frame tertentu dan tidak dapat dipisahkan dengan konstruksi
realitas. Konstruksi realitas pada prinsipnya adalah upaya
menceritakan (konseptualisasi) sebuah
peristiwa, keadaan, atau benda tak terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan politik adalah usaha mengkonstruksi realitas dan ini menjadi bagian
penting dalam pemberitaan (Hamad, 2004: 11).
Begitu juga dengan pemberitaan kinerja 100
hari Mahyeldi-Emzalmi, media massa berusaha mengkonstruksi berita tersebut
sesuai dengan ideologinya dan itu dapat terlihat melalui analisis framing. Framing ini akan didapatkan melalui
pemberitaan kinerja Mahyeldi-Emzalmi selama 100 hari sebagai Walikota dan Wakil
Walikota Padang di media cetak lokal Padang yaitu Harian Singgalang dan Harian
Haluan.
Setiap media massa memiliki cara pandang
sendiri dalam menilai setiap keberhasilan program kerja yang telah dilakukan
oleh Mahyeldi. Beberapa media ada yang mengesankan keberpihakan dan optimis
terhadap program Mahyeldi namun beberapa media lagi justru memandang pesimis
dan mengkritik kinerja Mahyeldi-Emzalmi. Pemberitaan ini tentunya akan
berpengaruh terhadap pandangan publik.
pemberitaan secara berkesinambungan
disajikan oleh harian Singgalang dan harian Haluan. Beberapa berita sempat
dijadikan headline di masing-masing
media terhitung sejak Mahyeldi-Emzalmi resmi menjabat Walikota dan Wakil
Walikota Padang 2014/2019.
Peneliti mengangkat tema pemberitaan
kinerja 100 hari kerja Mahyeldi-Emzalmi karena merupakan berita yang dinantikan
oleh masyarakat karena, mengusung program yang berkaitan dengan isu yang sering
diperbincangkan oleh masyarakat yaitu masalah tenda ceper dan Pasar Raya.
Sedangkan pemilihan harian Singgalang dan harian Haluan karena media ini
memiliki pandangan yang berbeda dalam menilai kinerja 100 hari kerja
Mahyeldi-Emzalmi. Harian Singgalang menilai kinerja Mahyeldi-Emzalmi sangat
baik sedangkan harian haluan menilai kinerja Mahyeldi-Emzalmi belum tuntas.
Pemilihan harian Singgalang karena media ini adalah media cetak yang paling
banyak di baca oleh oleh masyarakat Padang berdasarkan survei yang dilakukan
oleh lembaga survei InCost.
Sedangkan pemilihan harian haluan karena
harian lokal tertua di Sumatera Barat yang pertama kali terbit pada tanggal 1 Mei 1948 ini paling intens memberitakan kinerja 100
hari Mahyeldi-Emzalmi selama periode 13 Mei sampai 22 Agustus 2014 dibandingkan
media lokal lainnya. Harian Haluan memberitakan kinerja 100 hari
Mahyeldi-Emzalmi sebanyak 37 kali pemberitaan, harian Singgalang sebanyak 19
kali pemberitaan, sedangkan media lokal lainnya seperti Padang Ekspress dan
Posmetro lebih sedikit memberitakan.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan analisis framing.
Analisis framing merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat
mengungkap rahasia di balik semua perbedaan (bahkan pertentangan) media dalam
mengungkapkan fakta (Eriyanto, 2004 : VI). Karena itu peneliti menggunakan
harian Singgalang dan harian Haluan untuk menunjukkan rahasia dibalik perbedaan
framing antara kedua media tersebut.
Penelitian
ini memakai model William Gamson, menurutnya frame sebagai organisasi
gagasan sentral dan cara bercerita (story line) atau gugusan
ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan
menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan
suatu wacana. Gamson melihat wacana media, khususnya berita terdiri atas
sejumlah kemasan atau package yang didalamnya terdapat
perangkat-perangkat framing (Eriyanto, 2002 : 223).
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan peneliti, maka peneliti merumuskan masalah
yang hendak diteliti, yaitu : Bagaimana harian
Singgalang dan harian Haluan memframing berita seputar
kinerja Mahyeldi-Emzalmi dalam penataan PKL Pasar Raya dan pembenahan kawasan
pinggir Pantai Padang?
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
judul dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk : Mendeskripsikan framing harian
Singgalang dan harian Haluan pada berita seputar
kinerja Mahyeldi-Emzalmi dalam penataan PKL Pasar Raya dan pembenahan kawasan
pinggir Pantai Padang.
LANDASAN TEORI
Komunikasi
Politik di Media Massa
Maswardu
Rauf (1993) menyebutkan komunikasi politik sebagai objek kajian ilmu politik
karena pesan-pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi bercirikan politik,
yaitu berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintah, dan aktivitas
komunikator sebagai pelaku kegiatan politik (Hikmat, 2011:360).
Dalam komunikasi politik,
konstruksi realitas oleh media massa menjadi sangat khas sebab cara sebuah
media mengkonstruksikan suatu peristiwa politik akan memberi citra tertentu
mengenai sebuah realitas politik yang bagi aktor dan partai politik ini sangat
penting demi kepentingan politiknya masing-masing. Bagi media massa cara mereka
mengkontruksi realitas politik dapat menjadi strategi menyimpan motif
masing-masing dibalik wacana yang dibangunnya (Hamad, 2004:11).
Konstruksi
Sosial
Konstruksi sosial (social construction), tidak bisa terlepaskan dari bangunan teoritik yang
telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Berawal dari istilah
konstruktivisme, konstruksi realitas sosial terkenal sejak diperkenalkan oleh
Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A
Treatise in The Sociological of Knowledge tahun 1966. Ia menggambarkan
proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan
secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama
secara subyektif.
Konstruksi
Realitas Sosial di Media Massa
Pamela J Shoemaker dan Stephen D Reese
dalam Dewi (2004: 19-20) mengatakan politik representatif media memberikan
penegasan dalam memproduksi berita, pihak pers sudah menciptakan framing, konstruksi, sudut pandang
tertentu terhadap realitas sosial yang dihadapinya. Semua ini terjadi dalam
suatu tatanan yang bersifat hierarki, melalui berbagai tingakatan berikut ini:
Pertama faktor individu. Faktor ini
berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media. Level
individu melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media
mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang
individu seperti jenis kelamin, umur, agama, sedikit banyak mempengaruhi apa
yang ditampilkan media.
Kedua, level rutinitas media yang berhubungan
dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media mempunyai ukuran
tersendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik atau
apa kriteria kelayakan berita.
Ketiga, level organisasi yang
berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi
pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang tunggal dalam organisasi
media, ia sebaliknya bagian kecil dalam organisasi media itu sendiri. Masing-masing komponen dalam
organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri
Keempat, ekstramedia yang berhubungan
dengan lingkungan diluar media. Meskipun berada diluar organisasi media,
hal-hal diluar organisasi media sedikit banyak mempengaruhi pemberitaan media.
Kelima, pengaruh ideologi. Ideologi
disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif
yang mempersatukan di dalam masyarakat.
Karena sifat dan faktanya bahwa
pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan
media massa adalah mengkontruksi berbagai realitas yang akan diberitakan. Media
menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi sehinggga menjadi cerita
atau wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media adalah realitas
yang dikontruksikan dalam bentuk wacana yang bermakna (Hamad, 2004:11).
Teori Framing
Gagasan
tentang framing pertama kali
dilontarkan oleh Baterson tahun 1955. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta
menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini
kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974, yang
mengandaikan frame sebagai
kepingan-kepingan perilaku (strips of
behavior) yang membimbing indivisu dalam membaca realitas (Sobur, 2002 :
161-162).
Ada
dua aspek penting dalam framing yaitu
:
1.
Memilih
fakta atau realitas. Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih
angel tertentu, memilih fakta tertentu dan melupakan fakta yang lain,
memberikan aspek tertentu dan melupakan aspek lainnnya. Intinya, peristiwa
dilihat dari sisi tertentu.
2.
Menuliskan
fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan
kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat
dan proposisi apa, dengan bantuan aksentual foto dan gambar apa dan sebagainya.
(Eriyanto, 2002:79-81).
Tiga ciri utama framing yaitu :
1.
Menonjolkan
aspek tertentu dan mengaburkan aspek lain.
Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan
aspek tertentu dari realitas. Dalam penulisan sering disebut sebagai fokus.
Berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya, ada
aspek lain yang tidak mendapatkan perhatian yang memadai.
2.
Menampilkan
sisi tertentu-melupakan sisi lain.
Menampilkan
aspek tertentu menyebabkan aspek lain yang lebih penting dalam memahami
realitas tidak mendapatkan liputan yang memadai dalam berita.
3.
Menampilkan
aktor tertentu dan menyembunyikan aktor lain.
Berita
seringkali juga memfokuskan pemberitaan pada aktor tertentu. Ini tentu saja
tidak salah. Tetapi efek yang segera terlihat adalah memfokuskan pada satu
pihak atau aktor tertentu menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan
penting dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.
Analisis Framing
William A. Gamson
William Gamson adalah salah satu ahli
yang paling banyak menulis mengenai framing.
Gagasan Gamson mengenai frame media
ditulis bersama Andre Modigliani. Dalam formula yang dibuat oleh Gamdon dan
Modigliani, frame dipandang sebagai
cara bercerita (story line) atau
gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna
dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Gamson melihat wacana media
(khususnya berita) terdiri atas sejumlah kemasan (package) melalui mana konstruksi atas suatu peristiwa dibentuk.
Kemasan (package) tersebut, dibayangkan sebagai wadah atau struktur yang
mengorganisir sejumlah informasi yang menunjukkan posisi atau kecendrungan
politik dan yang membantu komunikator untuk menjelaskan muatan-muatan di balik
suatu isu atau peristiwa. Keberadaan dari suatu package terlihat dari adanya gagasan senral yang kemudian didukung
oleh perangkat wacana seperti kata, kalimat, pemakaian gambar atau grafik
tertentu, proposisi dan sebagainya. Semua elemen dan struktur wacana tersebut
mengarah pada ide tertentu dan mendukung ide sentral dari suatu berita.
(Eriyanto, 2002 : 223 -225).
METODE
PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian Kualitatif. Adapaun jenis penelitian yang digunakan
adalah analisis deskriptif dimana
peneliti mendeskripsikan elemen-elemen framing Gamson yang terdapat pada
setiap berita mengenai kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi untuk mengetahui
bagaimana konstruksi realitas yang dilakukan oleh harian Singgalang dan harian
Haluan dengan menggunakan analisis framing
dan paradigma konstruktivisme.
Sumber
Data
Sumber
data dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber asli atau unit observasi.
Sumber asli disini diartikan sebagai sumber pertama dari mana data tersebut
diperoleh. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan data primer yaitu
rekap berita seputar pemberitaan 100 hari kerja Mayeldi yang didapat di Harian
Singgalang dan harian Haluan selama tanggal 13 Mei sampai 22 Agustus 2014.
Data sekunder, yaitu data dari sumber
lain yang mampu mendukung penelitian ini, seperti wawancara dengan pihak
Redaktur Harian Singgalang dan Harian Haluan serta tentang profil objek yang
diteliti. Kemudian teori-teori yang mendukung analisis dan penginterpretasian
data yang dikumpulkan,serta literatur
kepustakaan lain yang mendukung penelitian ini.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara
yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Kriyantono, 2010: 95).
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti
menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu dokumentasi, wawancara dan
literatur.
1.
Dokumentasi
Penelitian
ini mengumpulkan data dengan cara dokumentasi dari teks yang terdapat dalam
surat kabar. Data tersebut adalah berita yang terkait dengan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi pada
Harian Singgalang dan Harian Haluan peroide tanggal 13 Mei 2014 sampai 22
Agustus 2014.
2.
Wawancara
Pada proses penelitian ini, peneliti
mewawancarai Koordinator Liputan harian Singgalang
yaitu Gusnaldi Saman, Redaktur Singgalang Lenggogeni, Redaktur Pelaksana harian
Haluan yaitu Rahmatul Akbar serta Kasubag Publikasi Humas Pemko yaitu Tafrizal.
Mereka memiliki peran besar dalam menentukan bingkai dari suatu fakta karena
selain turut serta dalam rapat redaksi, juga sebagai penyunting dari berita
yang diberikan reporter sedangkan wawancara dengan pihak humas untuk mengetahui
bagaimana hubungan kerja sama humas dengan harian Singgalang dan harian Haluan.
Peneliti mempersiapkan daftar pertanyaan sebelum wawancara, namun pada saat
wawancara berlangsung peneliti menambahkan pertanyaan baru yang terkait
permasalahan.
3.
Literatur
Studi kepustakaan dengan mengumpulkan
dokumen yang berkaitan dengan substansi penelitian. Data penunjang ini
diperoleh dari berbagai dokumentasi seperti internet dan literatur lainnya
untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dalam menganalisa permasalahan.
Seperti mengikuti perkembangan berita mengenai kinerja Mahyeldi-Emzalmi sejak
resmi menjabat sampai pada 100 hari kerja Mahyeldi-Emzalmi di media massa cetak, elektronik dan online. Membaca buku-buku yang berkaitan
dengan framing dan cara
menginterpretasi sebuah teks. Penelitian ini juga ditunjang oleh beberapa hasil
penelitian terdahulu dan buku-buku yang relevan sebagaimana tersebut di atas.
Teknik
Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan peneliti
adalah analisis framing, khususnya
mengikuti pendekatan Gamson. Hal ini bertujuan untuk mencari tahu kecendrungan
pemberitaan Harian Singgalang dan harian Haluan terhadap pemberitaan kinerja
100 hari Mahyeldi-Emzalmi.
Dalam analisis framing Gamson ini frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik
yang disebut package. Dalam model Gamson ini terdapat dua struktur yaitu
core frame dan condensing symbols. Core frame (gagasan sentral)
pada dasarnya berisi elemen-elemen inti untuk memberikan pengertian yang
relevan terhadap suatu peristiwa dan mengarahkan makna isu yang dibangun oleh condensing
symbol. Condensing symbol adalah hasil pencermatan terhadap
interaksi perangkat simbolik (framing devices dan reasoning devices) sebagai
dasar digunakannya perspektif.
Framing
devices (perangkat
pembingkai) yaitu perangkat yang berhubungan dan berkaitan langsung dengan ide
sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Perangkat pembingkai
ini terdiri dari metaphors, exemplars, catchphrases, depictions, dan visual
images yang menekankan pada
aspek bagaimana memandang suatu isu. Sedangkan pada struktur reasoning
devices, menekankan aspek pembenaran terhadap cara memandang isu yang terdiri
dari roots (analisis kausal), appeals to
principle (klaim moral), dan consequences.
Metaphors
merupakan
sebuah cara untuk memahami makna dengan merealisasikan dua fakta melalui
analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata ibarat, bak, seumpama, laksana
yang terdapat pada teks berita tersebut.
Exemplars
mengandung
pengertian mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki
bobot makna yang lebih besar untuk dijadikan sebagai rujukan atau penjelas.
Posisinya menjadi pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita, hal ini untuk
membenarkan perspektif wartawan, sehingga dapat dikatakan mengaitkan berita
dengan contoh nyata atau merupakan uraian yang memperjelas bingkai.
Catchpharases
merupakan
istilah, bentukan kata, atau frase khas yang menarik, menonjol dalam suatu teks
berita serta dapat mencerminkan fakta dan merujuk pada pemikiran tertentu. Hal
ini, umumnya berupa slogan, semboyan dan jargon.
Depictions
dipahami
sebagai penggambaran atau pelukisan suatu isu dengan menggunakan kata, istilah,
dan kalimat yang bersifat konotatif. Hal ini umumnya berupa kosakata, leksikon
untuk memberikan label tertentu pada objek yang diberitakannya.
Visual
images dapat
berupa foto, diagram, grafis, tabel, kartun untuk mengekspresikan kesan dan
mendukung pesan yang ingin disampaikan oleh wartawan melalui teks berita,
misalnya memberikan perhatian, dukungan, penolakan dengan membesar-besarkan,
menebalkan dan memiringkan teks dalam berita.
Roots (analisis kausal)
adalah pembenaran isu dengan menghubungkan suatu objek yang dianggap menjadi
sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain. Tujuannya membenarkan
penyimpulan fakta berdasarkan hubungan sebab-akibat yang digambarkan.
Appeals
to Princple atau
premis dasar berupa klaim-klaim moral. Sedangkan Consequences atau
konsekuensi yang didapatkan dari bingkai.
HASIL
PENELITIAN
Pemberitaan di media baik itu media
massa cetak, media massa elektronik dan media online tidak akan lepas dari
upaya untuk konstruksi realitas. Konstruksi yang dihasilkan oleh setiap media
berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Pengaruh internal berhubungan dengan kepentingan pemilik
media, individu wartawan sebagai pencari berita, rutinitas organisasi media.
Sedangkan pengaruh eksternal berhubungan dengan para pengiklan, pemerintah,
masyarakat dan faktor lainnya.
Harian Singgalang dan harian Haluan
media massa cetak lokal yang ada di kota Padang, keduanya adalah sama-sama
media partner Pemerintah kota Padang.
Walaupun Singgalang dan Haluan merupakan media partner pemerintah kota Padang, frame
yang dibentuk oleh masing-masing media berbeda. Kedua media lokal Padang ini
memiliki cara mereka tersendiri dalam mengkonstruksi pemberitaan kinerja 100
hari Mahyeldi-Emzalmi.
Karena Analisis framing menggunakan paradigma konstruksionis, maka hal ini dianggap
wajar karena menurut pandangan konstruksionis, media tidak bertindak sebagai
suatu institusi yang netral dalam menyampaikan pesan. Media bukanlah saluran
yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan
pandangan, bias, dan pemihakannya (Eriyanto, 2002 : 22).
Melalui analisis framing yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan analisis framing Gamson dan didukung wawancara
dengan Kasubag Humas Pemko (Tafrizal),
Koordinator Liputan (Gusnaldi Saman) dan Redaktur Pelaksana Haluan (Rahmatul
Akbar), terlihat hubungan yang cukup dekat antara Pemko dan Singgalang
dibandingkan dengan Haluan, sehingga relasi yang terbangun antara keduanya
sangat baik dan mengesankan pencitraan terhadap Mahyeldi. Berbeda dengan Haluan
yang sedikit lebih kritis.
Selain
karena relasi yang baik antara Pemko dengan Singgalang, pemberitaan yang
terkesan pencitraan juga disebabkan seringnya Pemko memasang pariwara di harian
Singgalang daripada di harian Haluan.
- Pembahasan Frame Harian Singgalang
Harian Singgalang adalah media swasta
lokal di Sumatera Barat, dimana isi pemberitaanya lebih dominan mengenai
pembangunan daerah. Kebijakan dan
strategi pemberitaan harian Singgalang selalu berkaitan dengan hal-hal yang
berhubungan dengan pembangunan, sosialisasi dan kebijakan pemerintahan. Begitu
juga dalam memberitakan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi, Singgalang lebih
banyak memaparkan pencapaian-pencapaian yang telah dilakukan Mahyeldi selama
100 hari menjabat sebagai Walikota Padang.
Singgalang dalam mengkontruksi
pemberitaan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi berdasarkan pada kebutuhan publik
akan informasi yang bermuatan lokal khususnya kota Padang yang sangat sulit
didapatkan dari media-media mainstream. Pemberitaan program kerja
Mahyeldi-Emzalmi juga dapat dijadikan bahan evaluasi kinerja pemerintah. Selain
itu Singgalang mengangkat berita ini juga dipengaruhi oleh kepentingan media
sendiri baik kepentingan idiil dan materil.
Dari segi pengunaan judul, Singgalang
terkesan hati-hati sehingga tidak terlalu terlihat keberpihakannya yang pada
Mahyeldi namun jika dilihat dari segi isi berita yang telah dianalisis peneliti
menggunakan framing Gamson, terlihat
bahwa Singgalang sangat mendukung Mahyeldi bahkan terkesan Singgalang seperti
melakukan pencitraan terhadap Mahyeldi. Misalnya berita Singgalang yang
berjudul “HUT Padang ke-345 : Sejumlah Persoalan Masih Mengapung”, dari judul
tersebut mungkin yang tergambar di benak khalayak bahwa masih banyak persoalan
di kota Padang yang belum beres namun jika dibaca dan dipahami lagi isi
pemberitaannya, Singgalang tidak menyalahkan Mahyeldi akan hal ini, masyarakat
diharapkan maklum karena Mahyeldi baru menjabat dua bulan.
Dari pemilihan narasumber untuk pemberitaannya
pun, harian Singgalang lebih banyak memilih orang-orang dari kalangan
pemerintahan, seperti ketua DPRD Padang sementara, anggota DPRD Padang dan
Walikota Padang.
Singgalang dalam memberitakan kinerja
100 hari Mahyeldi-Emzalm terlihat ketimpangan dalam pemilihan narasumber untuk
pemberitaan dan hal ini berdampak pada objektifitas dan netralitas Singgalang
dalam menyajikan pemberitaan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi ini karena
Singgalang lebih banyak mengutip pendapat-pendapat narasumber yang dekat dengan
kalangan pemerintahan dan tidak memasukan kutipan pendapat dari
pedagang-pedagang yang menjadi korban dari penertiban.
Singgalang
bahkan dalam satu berita yang memaparkan satu per satu progres Mahyeldi di
setiap program unggulannya. Khusus untuk pemberitaan penataan PKL Pasar Raya dan penaatan kawasan
pantai Padang dari tenda ceper, Singgalang menilai Mahyeldi sudah berhasil
menyelesaikanya dalam kurung waktu kurang dari 100 hari. Dari sini juga dapat
dilihat bahwa Singgalang dan pemerintah memiliki kedekatan. Kedekatan ini
mempengaruhi bagaimana frame yang
dilakukan Singgalang.
- Pembahasan
Frame Harian Haluan
Harian Haluan adalah media lokal swasta
dengan taglinenya “mencerdaskan kehidupan masyarakat”. Pemberitaan yang
disajikan oleh harian Haluan lebih kritis dibandingkan harian lokal lain di
kota Padang yang isinya didominasi oleh hal-hal positif dan pencitraan kepala
daerah. Walupun lebih kritis dibandingkan media cetak lokal lain, Haluan masih
berhati-hati dalam menulis pemberitaannya terkait 100 Hari Mahyeldi ini.
Sama seperti Singgalang, Haluan dalam
mengkontruksi pemberitaan kinerja 100 hari Mahyeldi-Emzalmi berdasarkan pada
kebutuhan publik akan informasi yang bermuatan lokal khususnya kota Padang.
Haluan mengangkat berita ini juga dipengaruhi oleh kepentingan media sendiri
baik kepentingan idiil dan materil. Haluan memandang bahwa fungsi media adalah
kontrol bagi pemerintah karena itu kritik yang membangun perlu dilakukan oleh
media lokal untuk mengingat pemerintah.
Dari segi pengunaan judul, Haluan
terkesan lebih sedikit berani begitu juga isi berita, terlihat bahwa Haluan
sedikit lebih kritis. Misalnya berita Haluan yang berjudul “Ditertibkan Tanpa
Solusi : Hari Ini, Pedagang Demo Dinas Pasar”. Dari judul tersebut sudah dapat
tergambar bahwa Haluan menyalahkan pihak Dinas pasar yang melakukan penertiban
terhadap PKL tanpa memberikan mereka solusi untuk tetap bisa mencari nafkah,
dari isi berita juga dipaparkan kekesalan dan kemarahan para pedagang-pedagang.
Walaupun tidak menyalahkan Mahyeldi secara langsung namun tetap saja arah
pemberitaan tentu mengkritik kebijakan Mahyeldi sebagai Walikota Padang.
Dari pemilihan narasumber untuk
pemberitaannya, Haluan lebih beragam yang meliputi dari berbagai lapisan
masyarakat seperti pemuka adat, pemuka agama, pedagang kaki lima, Walikota
Padang, Dinas Pemkot Padang dan anggota DPRD.
Dalam memberitakan program kerja
Mahyeldi-Emzalmi dapat terlihat Haluan berusaha untuk netral dan objektifitas.
Karena melihat berita bukan dari satu sisi saja seperti berita evaluasi 100
hari, Haluan memaparkan apa yang telah berhasil dilakukan Mayeldi dan apa yang
masih menjadi pekerjaan rumah untuk Mahyeldi.
Pada pemberitaaan kinerja 100 hari
kinerja Mahyeldi-Emzalmi, secara umum Haluan Mahyeldi menilai kinerja Mahyeldi
masih belum tuntas sepenuhnya terutama dalam menangani Pasar Raya. Harian
Haluan mengakui keberhasilan Mahyeldi dalam penataan kawasan pantai Padang
dengan memusnahkan tenda ceper yang selama ini sering dikeluhkan oleh
masyarakat sebagai sarang maksiat di kota Padang, namun untuk penataan Pasar
Raya, Haluan menilainya masih setengah beres karena sampai saat ini Pasar masih
semrawut walaupun sudah diberlakukan jam berjualan untuk PKL.
Selain itu pelaksanaan program unggulan juga
belum terlihat selama 100 hari Mahyeldi-Emzalmi menjabat. Pembangunan fisik
yang nyata juga belum dapat dilihat masyarakat.
KESIMPULAN
Pada dasarnya
pemberitaan di media massa adalah hasil konstruksi realitas dan konstruksi ini
berbeda-beda pada setiap media tergantung bagaimana media mengemas beritanya.
Proses pengemasan berita menjadi suatu framing tertentu ditentukan oleh faktor
dari wartawan yang menyeleksi isu dan menuliskan berita, rutinitas media,
struktur organisasi, faktor lain diluar media dan pengaruh ideologi yang dianut
oleh media yang bersangkutan sehingga dapat dikatakan bahwa framing bukan hanya
berkaitan dengan wartawan tapi juga medianya sebagai lembaga yang memproduksi
berita.
Pada harian
Singgalang secara umum menilai kinerja Mahyeldi-Emzalmi sangat baik dan dari segi
pengunaan judul, Singgalang terkesan hati-hati sehingga tidak terlalu terlihat
keberpihakannya yang pada Mahyeldi namun jika dilihat dari segi isi berita,
terlihat bahwa Singgalang sangat mendukung Mahyeldi bahkan terkesan Singgalang
seperti melakukan pencitraan terhadap Mahyeldi. Pemilihan narasumber untuk
pemberitaannya pun, harian Singgalang lebih banyak memilih orang-orang dari
kalangan pemerintahan, seperti ketua DPRD Padang sementara, anggota DPRD Padang
dan Walikota Padang.
Dalam menilai
permasalahan tenda ceper, Singgalang banyak melihatnya dari aspek hukum dan sosial yang merusak citra kota
padang. Dan dalam pemberitaan tentang pasar raya, Singgalang menilai bahwa masih semrawutnya pasar pasca
ditertibkan karena adanya pungutan liar.
Pada Harian
Haluan menilai kinerja Mahyeldi belum terlaksana dengan baik seluruhnya karena
pasar Raya belum sepenuhnya bisa dituntaskan dan dari segi pengunaan judul,
Haluan terkesan lebih sedikit berani begitu juga isi berita, terlihat bahwa
Haluan sedikit lebih kritis. Pemilihan narasumber untuk pemberitaannya, Haluan
lebih beragam yang meliputi dari berbagai lapisan masyarakat seperti pemuka
adat, pemuka agama, pedagang kaki lima, Walikota Padang, Dinas Pemkot Padang
dan anggota DPRD.
Dalam menilai
permasalahan tenda ceper, Haluan lebih melihanya dari aspek sosial dan moral
yang dapat merusak generasi bangsa dan dalam menilai masalah Pasar Raya, Haluan
menilai bahwa masih semrawutnya pasar karena dinas pasar dan pemko tidak
memberikan solusi yaitu menyediakan tempat baru untuk pedagang berdagang
sehingga pedagang kembali membuka lapak.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah peneliti lakukan, ada beberapa saran yang ingin peneliti
samapaikan, diantara lain adalah :
- Sebagai
kontrol sosial, harian Singgalang dan harian Haluan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pemberitaan yang menitikberatkan pada asas-asas
jurnalistik agar menjaga setiap pemberitaannya tetap berimbang dan
objektif.
- Khalayak
diharapkan dapat memahami makna yang terdapat dalam sebuah berita dengan
lebih kritis dalam melihat, memahami dan menyikapi berita yang disajikan
media serta aktif mencari tahu dari sumber media lainnya untuk mengetahui
kualitas kebenaran sebuah informasi tidak langsung mempercayai sepenuhnya
apa yang disajikan oleh media.
- Kepada
calon peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian yang serupa
agar bisa mengembangkan penelitian ini lebih lanjut agar konstruksi realitas yang dilakukan media
bisa digalli lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ardianto,
Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Bungin,
Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi :
Teori, Paradigma, dan Dirkursus Teknologi Komunikasi di masyarakat. Jakarta
: Kencana
Cangara,
Hafid. 2011. Komunikasi Politik : Konsep,
Teori, dan Strategi. Jakarta : Rajawali Pers
Denis,
McQuail. 1989. Teori Komunikasi Massa.
Jakarta : Erlangga.
Eriyanto.
2002. Analisis Framing : Konstruksi,
Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta : LKiS
Hamad,
Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik
dalam Media Massa : Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap
Berita-Berita politik. Jakarta :Granit
Hikmat,
M. Mahi. 2011. Komunikasi Politik : Teori
dan Praktik Dalam Pilkada Langsung. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Krisyantono,
Rachmat. 2010. Teknik Praktis : Riset
Komunikasi. Jakarta : Kencana
Littlejohn,
Stephen W dan karen A. Foss. 2009. Teori
Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika
Nimmo,
Dan. 1993. Komunikasi Politik :
Komunikator, Pesan dan Media. Bandung : Remaja Rosadarya
Nuruddin.
2007. Pengantar Komunikasi Masa.
Jakarta : Rajawali Pers
Sobur,
Alex. 2002. Analisis Teks media : Suatu
Pengantar untuk Analisis Wacana, analisis Semiotika dan Analisis Framing.
Bandung : PT. Remaja Rosadakarya.
Sumadiria,
Haris.2008. Jurnalistik Indonesia :
Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung :
Simbiosa Rekatama Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar