Tidak dapat
kita pungkiri bahwa media massa memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
mempengaruhi opini publik, baik itu media massa cetak maupun media massa
elektronik.
Dalam memahami fenomena ini muncul teori
komunikasi atau lebih tepatnya teori agenda setting yang biasa digunakan oleh
media dalam menyajikan informasinya agar dapat samapai pada khalayak sesuai harapan media tersebut.
Teori agenda
setting ini dipaparkan pertama kali oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw pada
tahun 1972. Teori ini memaparkan bahwa setiap orang cendrung mengetahui hal-hal
yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan
media massa terhadap isu-isu yang berbeda.
Melalui teori
ini dapat kita simpulkan bahwa setiap orang yakninya khalayak memiliki
kecendrungan untuk mengetahui apa yang diinformasikan oleh media massa, dan
media tahu akan hal itu sehingga mereka mendesain sedemikian rupa sajian
informasi agar dapat membentuk opini publik yang sesuai harapan mereka.
Menurut
Littlejuhn dan Foss agenda setting terjadi karena sebuah media harus selektif
dalam memberitakan informasi atau menyampaikan berita. Agenda setting sendiri
memiliki tahapan-tahapan dalam proses penyampainannya :
1. Prioritas
isu yang akan diangkat pada media atau pembentukan awal media setting (agenda
media)
2. Dalam
beberapa hal agenda media berinteraksi dengan apa yang dipikirkan publik dalam
hal ini agenda setting telah terbentuk agenda publik.
3. Agenda
setting mempengaruhi atau berinteraksi dengan apa yang dipikirkan oleh si penciptakan
agenda setting tesebut. Dalam hal ini agenda publik telah berubah menjadi
agenda kebijakan yang akan di ambil khalayak dalam menanggapai inormasi yang
diberikan.
Dapat kita simpulkan bahwa agenda media
dapat mempengaruhi agenda publik dan agenda publik dapat mempengaruhi agenda
kebijakan.
Salah satu contoh media setting yang
saat ini sedang booming di medai adalah masalah pro kontra kedatangan dan
penyelenggaraan Miss World di Indonesia khususnya Jakarta dan Bali. Media
televisi terutama RCTI, Global TV dan MNC TV sebagai media partener program ini
dan turut andil dalam proses penyelenggraan program ini berusaha untuk
membentuk citra positif tayangan ini yang dinilai oleh sebagaian khalayak
sebagai ajang yang hanya mengekpos perempuan dan tidak berguna dan tidak ada
manfaatnya sama sekali. Melalui penyajian inormasi yang ditayangkan oleh media
partner Miss World tersebut. mereka
sedang berusaha membentuk opini publik agat pro terhadap penyelenggaraan acara
ini dengan menginformasikan setiap kegiatan calon Miss World seperti kegiatan
amal dan kegiatan yang bermanfaat lainnya. Terlebih media partner Miss World
adalah media-media yang besar dan diakui oleh masyarakat sebagai media yang banyak
ditonton oleh masyarakat.
Dalam setiap penyajian informasi tentang
Miss World tersebut terkandung agenda setting yang telah disiapkan oleh
praktisis media tersebut, selain untuk pencitraan tadi tentunya guna
penginformasian ini untuk sosialisasi kegiatan ini agar masyarakat lebih tahu
lagi dan tertarik untuk menyaksikan acara tersebut.
Contoh lainnya seperti yang sering
terjadi saat pemilhan umum atau pemilu. Para calon legislatif, calon preseiden
atau yang biasa kita sebut sebagai wakil rakyat tersebut sibuk
mensosialisasikan program kerja, ide-ide dan janji mereka melalui media massa
terutama partai – partai besar seperti Nasional Demokrat atau Nasdem, Golongan
karya atau Golkar yang masing-masing juga memiliki perusahaan yang bergerak di
bidang media seperti Surya paloh dari Nasdem memiliki Metro TV, Abu Rizal
Bakrie dari Golkar memiliki ANTV dan TV One. Namun wa;aupun mereka tidak
memiliki perusahaan media, mereka juga dapat mensosialisasikan diri melalui
media yang tentunya dengan biaya yang sangat mahal. Mereka secara leluasa dan bebas untuk
mengerahkan media mereka dalam mensosialisasikan diri mereka dan partai mereka
melalui iklan-iklan yang hampir tiap hari ditayangkan yang berisi tentang
hal-hal positif tentang mereka.
Seperti itulah proses agenda setting
bekerja, sebuah ide atau konsep yang kemudian ditungkan melalui media sebagai
wadah yang mampu menginformasikan sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi
persepsi dan pandangan masyarakat.
Khalayak diharapkan harus lebih cerdas
dalam memilih dan memilah setiap tayangan yang disuguhkan oleh media massa,
apakah akan ikut hanyut oleh agenda setting media atau mempunyai pemikiran
sendiri terhadap isu atau fakta yang disajikan, tergantung khalayak melihat
fenomena tersebut dari sisi mananya.
Referensi :
Littlejohn, Stehen W & Foss, Karen A. 2008. Teori
Komunikasi : Theories of Human Communication. Jakarta : Salemba Humanika
Sendjaja, S. Djuarsa.2004.Teori Komunikasi. Jakarta : Pusat
penerbitan
Universitas Terbuka Departemen
Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar