Sabtu, 05 September 2015

TEORI KOMUNIKASI : TEORI AGENDA SETTING


Tidak dapat kita pungkiri bahwa media massa memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mempengaruhi opini publik, baik itu media massa cetak maupun media massa elektronik.
 Dalam memahami fenomena ini muncul teori komunikasi atau lebih tepatnya teori agenda setting yang biasa digunakan oleh media dalam menyajikan informasinya agar dapat samapai pada  khalayak sesuai harapan media tersebut.
Teori agenda setting ini dipaparkan pertama kali oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw pada tahun 1972. Teori ini memaparkan bahwa setiap orang cendrung mengetahui hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang berbeda.
Melalui teori ini dapat kita simpulkan bahwa setiap orang yakninya khalayak memiliki kecendrungan untuk mengetahui apa yang diinformasikan oleh media massa, dan media tahu akan hal itu sehingga mereka mendesain sedemikian rupa sajian informasi agar dapat membentuk opini publik yang sesuai harapan mereka.
Menurut Littlejuhn dan Foss agenda setting terjadi karena sebuah media harus selektif dalam memberitakan informasi atau menyampaikan berita. Agenda setting sendiri memiliki tahapan-tahapan dalam proses penyampainannya :
1.      Prioritas isu yang akan diangkat pada media atau pembentukan awal media setting (agenda media)
2.      Dalam beberapa hal agenda media berinteraksi dengan apa yang dipikirkan publik dalam hal ini agenda setting telah terbentuk agenda publik.
3.      Agenda setting mempengaruhi atau berinteraksi dengan apa yang dipikirkan oleh si penciptakan agenda setting tesebut. Dalam hal ini agenda publik telah berubah menjadi agenda kebijakan yang akan di ambil khalayak dalam menanggapai inormasi yang diberikan.

Dapat kita simpulkan bahwa agenda media dapat mempengaruhi agenda publik dan agenda publik dapat mempengaruhi agenda kebijakan.

Salah satu contoh media setting yang saat ini sedang booming di medai adalah masalah pro kontra kedatangan dan penyelenggaraan Miss World di Indonesia khususnya Jakarta dan Bali. Media televisi terutama RCTI, Global TV dan MNC TV sebagai media partener program ini dan turut andil dalam proses penyelenggraan program ini berusaha untuk membentuk citra positif tayangan ini yang dinilai oleh sebagaian khalayak sebagai ajang yang hanya mengekpos perempuan dan tidak berguna dan tidak ada manfaatnya sama sekali. Melalui penyajian inormasi yang ditayangkan oleh media partner Miss World tersebut.  mereka sedang berusaha membentuk opini publik agat pro terhadap penyelenggaraan acara ini dengan menginformasikan setiap kegiatan calon Miss World seperti kegiatan amal dan kegiatan yang bermanfaat lainnya. Terlebih media partner Miss World adalah media-media yang besar dan diakui oleh masyarakat sebagai media yang banyak ditonton oleh masyarakat.
Dalam setiap penyajian informasi tentang Miss World tersebut terkandung agenda setting yang telah disiapkan oleh praktisis media tersebut, selain untuk pencitraan tadi tentunya guna penginformasian ini untuk sosialisasi kegiatan ini agar masyarakat lebih tahu lagi dan tertarik untuk menyaksikan acara tersebut.
Contoh lainnya seperti yang sering terjadi saat pemilhan umum atau pemilu. Para calon legislatif, calon preseiden atau yang biasa kita sebut sebagai wakil rakyat tersebut sibuk mensosialisasikan program kerja, ide-ide dan janji mereka melalui media massa terutama partai – partai besar seperti Nasional Demokrat atau Nasdem, Golongan karya atau Golkar yang masing-masing juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang media seperti Surya paloh dari Nasdem memiliki Metro TV, Abu Rizal Bakrie dari Golkar memiliki ANTV dan TV One. Namun wa;aupun mereka tidak memiliki perusahaan media, mereka juga dapat mensosialisasikan diri melalui media yang tentunya dengan biaya yang sangat mahal.  Mereka secara leluasa dan bebas untuk mengerahkan media mereka dalam mensosialisasikan diri mereka dan partai mereka melalui iklan-iklan yang hampir tiap hari ditayangkan yang berisi tentang hal-hal positif tentang mereka.
Seperti itulah proses agenda setting bekerja, sebuah ide atau konsep yang kemudian ditungkan melalui media sebagai wadah yang mampu menginformasikan sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi persepsi dan pandangan masyarakat.
Khalayak diharapkan harus lebih cerdas dalam memilih dan memilah setiap tayangan yang disuguhkan oleh media massa, apakah akan ikut hanyut oleh agenda setting media atau mempunyai pemikiran sendiri terhadap isu atau fakta yang disajikan, tergantung khalayak melihat fenomena tersebut dari sisi mananya.

Referensi :
Littlejohn, Stehen W & Foss, Karen A. 2008. Teori Komunikasi : Theories of Human Communication. Jakarta : Salemba Humanika
Sendjaja, S. Djuarsa.2004.Teori Komunikasi. Jakarta : Pusat penerbitan

Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional

Tidak ada komentar: