Senin, 20 Mei 2013

WANITA DAN POLITIK


Melihat budaya patriaki yang masih kental dalam budaya Indonesia dan kesetaraan gender yang masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat menyebabkan porsi wanita dalam politik masih minim, padahal sudah ada peraturan yang mengatur bahwa wanita memiliki hak 30% dalam politik. Namun yang dilihat tidaklah semestinya, keterlibatan wanita masih sangat minim.
Sebagian besar masyarakat masih berpandangan bahwa wanita tidak cocok dengan politik, namun pada hakekatnya tidak ada yang salah dengan keikutsertaan wanita dalam kancah politik. Beberapa politikus wanita di Indonesia yang membuktikan diri mampu bersaing dengan politikus pria, diantaranya Yenni Wahid, Rieke Diah Pitaloka, Nurul Arifin dan politikus wanita lainnya yang masih eksis di dunia politik hingga sekarang. Asalkan sadar akan kodratnya sebagai istri dan ibu, serta memiliki  kemampuan, potensi, wawasan, dan kompeten sehingga dapat menjadi wakil rakyat yang benar-benar bisa mendengarkan aspirasi masyarakat.
 
Sama halnya dengan profesi lainnya, menjadi politikus bagi wanita tentu ada dampak positif dan negatifnya tergantung bagaimana menyikapi dan menjalaninya. Dampak positifnya, dia bisa menjadi motivator bagi orang-orang disekitarnya khusunya bagi wanita-wanita lainnya,  sedangkan dampak negatifnya, kebersamaan dengan keluarga akan berkurang. Berkarir di luar rumah tentu akan mengurangi waktu bersama keluarga dengan berbagai kesibukannya sebagai politisi.
Namun apapun itu, wanita yang berani terjun ke dunia politik harus diapresiasi karena berani mengambil jalan yang berbeda dari wanita lainnya dan memberikan kesempatan kepada politikus wanita tersebut untuk membuktikan dirinya pantas disebut sebagai politikus wanita, tidak masalah wanita masuk politik asalkan melek politik dan berkontribusi untuk masyarakat.