Selasa, 20 Oktober 2015

Dongeng Peri Hutan Baik Hati



Suatu hari di  pedalaman hutan Limababa, hiduplah seorang peri cantikyang baik hati, peri tersebut bernama Lili. Hari itu Lili terlihat murung,tah apayang dipikirkan peri cantik  tersebut sehingga datanglah sahabat-sahabatnya mengejutkan yaitu  Tini si kelinci, Rora di kupu-kupu dan Rosi si burung.”Ya ampun kalian mengagetkan ku saja,ujar Lili”. Sahabat-sahabannya terlihat senyum-senyum nyengir. “maafkan kami Lili, hehe namun ada apa gerangan kau terlihat bermuram durja  bukankah hari ini begitu cerah untuk menikmatan hari,tanya Rosi”. “Aku sedang sedih teman-teman, besok Istana peri akan mengadakan pesta meriah namun aku tidak memiliki gaun yang cantik untuk kukenakan , jawab Lili dan kemudia dia kembali merengut”. “kasihan, tapi bukankah kau punya gaun Indah yang waktu itu pernah kau kenakan saat pesta Ulang tahun ku Lili, ujar Rora”.  “gaun itu robek saat aku pulang dari pestamu waktu itu Rora,  jawab Lili lali.
“sepertinya aku tidak aakan datang ke Istana Peri, ujar Lili” dan kemudian masuk  ke rumahnya. “Bagaimana ini teman-teman, kita harus membantu Lili teman kita, kemarin Lili membantuku kabur dari kejaran pemburu, ujar Tini, iya, lili juga sering membantuku mencari bunga yang segar untukku makan ujar Rora. Aku pun juga sering dibantu Lili, kemarin dia membantuku membuat sarangku ujar Rosi. Tapi bagaimana caranya? Kita tidak mungkin bisa membuat gaun indah untuk Lili ujar Rora ikut murung dan kemudian terbang diikuti Tini dan Rosi yang ikut menjauh dari rumah Lili untuk kembali pulang ke rumah masing-masing.
Malam harinya Lili sudah pasrah dan memutuskan untuk tidak pergi ke pesta di Istana Peri, sementara itu temna-temannya masih memikirkan cara untuk membantu Lili namu  mereka belum menemukan cara sehingga semuanya terlelap  malam itu.
Besoknya. Tini, Rora dan Rosi kembali mengunjungi rumah Lili. Tampaklah Lili yang sedang sibuk membersihkan rumah sambil  bersenandung. Senandung Lili memang sangat merdu membuat yang mendengarnya menjadi dalmai hatinya. Ketiga sahabat lili itu terhanyut dengan senandung Lii, hingga kemudian Lili melihat ketiganya dan menyapanya,”hai  teman-teman, kenapa diluar saja, mari masuk ujar Lili. Rumah Lili lumayan besar  walupun ukuran perabot di dalamnya sangat kecil sesuai ukuran Lili yang juga kecil.  Kemudia ketiganya masuk, lalu Tini bertanya, “kau tidak sedih lagi Lili?”. Aku memutuskan tidak ikut pesta nanti malam Tini, ujar Lili. “bukankah kau sangat ingin pergi, kata Rosi. “aku memang sangat ingin pergi tapi tidak apa-apa  teman-teman, mungkin aku bisa ikut pesta tahun depan” ujar Llli. Kemudian keempat sahabat tersebut asyik bercengkrama hingga sore hari. Saat akan menambah teh untuk temna-temanya ternyata air minum Lili habis, terpaksa dia harus menjempunya di sungai tengah hutan
“aku harus pergi sebentar temna-teman, persediaan airku habis, kata Lili. “biar kami temankan Lili, sungai di  tengah huta itu sedikit menyeramkan jika sore hari,  tawar Rora. “kami juga kan ikut, ujar Tini dan Rosi berbarengan”
Keempat sahabat tersebut lantas pergi menuju sungai tengah hutan hingga tiba-tiba Lili, Tini, Rora dan Rosi mendengar suara minta tolong seseorang. Mereka mencari sumber  suara tapi tidak menemukannya sehingga  Lili berseru dan memanggil teman-temanya untuk melihat apa yang dilihat Lili. Ternyata da seorang peri yang kakinya terimpit ranting kayu, dia meringis kesakitan dan terus meminta tolong. Melihat hal tersebut keempat sahabat itupun segera menolong sang peri.
Setelah ranting pohon yang lumayan besar terssebut berhasil diangkat, sang peri kemudian berterima kasih kepada keempat sahabat tersebut. “terima kasih banyak,kalau tidak ada kalian aku tidak tahu apa yang terjadi,hari  semakin gelap dan aku sangat takut ujar sang peri, oh ya kenalkan namaku Odet. “Aku Lili ujar lili yang kemudian diikuti juga oleh teman-temanya yang lain untuk memperkenalkan diri. “sepertinya kakimu terluka, aku akan obati, rumahku dekat sini ujar Lili.
Kemdian Odet, Lili, Rosi, Rora dan Tini kembali kerumah Lili  untuk  mengobati luka Odet, karena kakinya luka dan susah berjalan, Odet duduk di punggung Tini. Setelah selesai membersihkan luka Odet dan memberikan odet, Odet  pun merasa kakinya sudah baik-baik saja dan pamit untuk pulang namun sebelum pamit dia sempat bertanya pada lili, “Bukankah ada pesta peri di Istana malam ini Lili? Kenapa kau tidak siap-siap pergi pesta  tapi malah ingin ke  sungai mengambil air?”
Lili menunduk dan menjawab,” aku tidak bisa pergi k pesta Odet, aku tidak memilki gaun yang indah”. “jadi itu masalahnya, baiklah kalau begitu, ayo ikut aku Odet menarik tangan Lili dan juga mengajak ketiga sahabat Lili mengikutinya. Mereka terbang menyusuri Hutan kecuali Tini yang melompat-lompat mengikuti arah teman-temannya.
Hingga tibalah mereka di deppan sebuah istana megah dimana orang-orang sedang ramai karena ada pesta meriah disana. “kenapa kau membawa kami kesini Odet? Aku sudah bilang aku tidak bisa pergi, aku tidak punya gaun yang bagus untuk  kupakai dipesta ucap Lili. “tenanglah Lili, aku akan meminjamkan gaunku yang paling bagus untukmu, aku punya banyak gaun yang bisa kau pilih jawab odet. “tapi bagaimana mungkin ka...belum sempat Lili melanjutkan pertanyaannya seorang penjaga istana melihat mereka dan berseru sambil menghampiri mereka, “Putri odet kemana saja? Seluruh penghuni istana sibuk mencari Putri, hari  ini pesta ulang tahun putri tapi putri malah menghilang, ujar pengawal istana.
Lili dan ketiga sahabatnya benar-benar kaget mendengar apa yang diucapkan pengawal tadi, mereka tidak menyangka, peri yang mereka tolong adalah Putri raja peri.  Seketika kemudia muncul raja dan ratu peri yang saat melihat Odet mereka langsung mendekat dan memeluk putrinya itu. Kemana saja kau Odet? Ujar Ratu peri setengah menangis senang karena Putrinya kembali dengan selamat ke istana.
“maafkan aku ibu dan ayah, aku bosan  di istana lalu terbang ke hutan, saat akan kembali pulang  ada  ranting pohon jatuh dan menimpaku, ini salahku karena tidak meminta izin dulu pergi tapi untung mereka datang dan menolongku sehingga aku bisa kembali, ujar Odet sambil menujuk keepmat sahabat yang telah menolongnya itu.
“Terima kasih kalian telah menyelamatkan anakku, sebagai  rasa terima  kasih katakan apa yang kalian inginkan aku akan berikan, ujar Raja Peri”. “kami  tidak mengharapkan apa-apa Raja, kami ikhlas membantu Putri Odet, ucap Lili. Izinkan kami  pamit untuk kembali pulang yang mulia ujar Lili lagi.
“tunggu dulu, apa maksud kalian pulang, kau sudah tiba disini kau harus ikut pesta, aku tahu kau ikhlas menolongku tapi izinkan aku menunjukkan rasa terima kasihku ujar Odet. Akhirnya Lili setuju ikut ke istana begitu juga ketiga sahabtnya.
Saat masuk mereka terpukau akan kemegahan dan keindahan istana, Odet kemudia mengajak Lili ke kamarnya untuk memilih gaun dan mereka pun merayakan ulang tahun Odet hingga acara selesai. Tini, Rora an Rosi pun ikut menikmati pesta dan menikmatan makanana pesta yang sangat lezat.
Saat acara selesai, Lili dan ketiga sahabatnya pamit untuk pulang, “terima kasih Raja, terima kasih Ratu dan Terima kasih putri Odet, akku sangat senang malam ini, tapi kami harus kembali pulang sebelum malam semakin larut, ujar Lili.
  “Aku yang seharusnya berterima kasih, jika bukan karena kalian aku mungkin tidak bisa kembali ke istana, karena kebaikan dan ketulusan hatimu Lili kau pantas mendapatkan ini semua. Sering-seringlah kalian main kesini, pintu istana ini terbuka llebar untuk  kalian.
Kemudian Lili dan ketiga temanya kembali memasuki hutan dan pulang kerumah mereka masing-masing.  Dan sepanjang jalan pulang Lili bersenandung karena hatinya sangat senang karena bisa pergi ke pesta peri dan bisa mengenakan gaun indah bahkan gaun tersebut diberikan Odet untuknya begtu juga Tini, Rora dan Rosi yang sangat sennag karena mereka membawa banyak persediaan makanan, setidkanya untuk beberapa hari ini mereka bisa beristirahjat dan tidak  perlu berburu makanan karena keluarga Putri Odet memberikan banyak persedian makan untuk mereka bawa pulang. Sepanjang Hutan terdengar lantunan senandung Lili yang semakin membuat lelap tidur para penghuni hutan lainnya. Kebaikan dan ketuliusan yang ikhlas memang selalu berbuah manis.

Kebanggaan Nagari Pasia




Nagari Pasia
Pasia merupakan salah satu nagari yang terdapat dalam kecamatan Ampek angkek, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Nagari Pasia, terletak di bagian timur daratan Agam. Jarak lurus dari Kota Bukittinggi kira-kira 3 km. Luas Nagari Pasia, sekitar 90 hektare. Nagari Pasia terdiri dari 3 yaitu  Jorong Pincuran Tujuah seluas 30 hektare, Jorong Cibuak Ameh seluas 33 hektare dan Jorong Surau Langga seluas 27 hektare.
Nagari Pasia secara administratif berbatasan dengan:
·         - Utara berbatas dengan Nagari Ampang Gadang.
·         - Selatan berbatas dengan Nagari Batutaba.
·         - Barat berbatas dengan Ampang Gadang/Kota Bukittinggi.
·         - Timur berbatas dengan Nagari Balai Gurah.
Asal nama nagari Pasia menurut sejarah yang disampaikan turun temurun , nama pasia berasal dari kondisi alamnya. Di mana, orang yang mula-mula datang ke pasia melihat banyaknya tumpukan pasia atau dalam bahasa Indonesia disebut pasir. Adanya tumpukan pasia tersebut diperkirakan sebelumnya berasal dari banjir besar dari gunung Marapi.
Kapan tepatnya orang pertama datang ke pasia tidak diketahui waktu dan tahunnya secara pasti. Dalam catatan buku tambo Kelarasan Ampek Angkek yang ditulis Sjafei St. Radjo Lelo, bertanggal Surau Kamba 29 Mei 1922, masyarakat Pasia awalnya merupakan penyebaran penduduk dari Ampang Gadang dan Batu Taba. Penduduk Ampang Gadang dan Batu Taba yang ada di Pasia pada masa itu merupakan anak-kemenakan dari pasukuan yang berasal dari Balaigurah. Ampang gadang dan Batu Taba sendiri adalah nagari yang memisahkan dari dari Balai Gurai sehingga secara tidak langsung masyarakat Pasia adalah keturunan dari masyarakat Balai Gurah juga.
Penetapan terbentuknya Pasia sebagai Nagari dituliskan dalam sebuah surat pemerintahan Kota Bukittinggi yang bertanggal 10 September 1946 No. S.B.I 3-2. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa Pasia ditetapkan sebagai nagari terhitung sejak rapat Eksekutif pemerintah Bukittinggi tanggal 23 Agustus 1946 sehingga secara resmi tanggal 23 Agustus 1946 terbentuklah nagari Pasia. Surat tersebut ditembuskan kepada Wali nagari Ampang Gadang dan wali nagari Batu taba yang artinya Pasia sudah bukan merupakan bagian dari kedua nagari tersebut tapi merupakan satu nagari baru.
Selama masa 1946 -1962, Nagari Pasia berjalan dengan pemerintahan sendiri, baru pada tanggal 8 Desember 1962, Gubernur Sumatera Barat pada masa itu yiatu Kaharuddin Dt. Rangkayo Basa menerbitkan surat keputusan pengukuhan Nagari Pasia sebagai salah satu Nagari di Sumatera Barat. Surat keputusan tersebut terdapat dalam Peperda Sumatera barat tertanggal 7 April 1963 No. Prp-Peperda/01/4/1962.
Pada 28 Mei 1963, dilakukan pelantikan Kepala Nagari Pasia yaitu Djabir Chatib yang dilantik langsung oleh Gubernur Sumatera barat saat itu. Dalam catatan sejarah, sat-satunya kepala nagari yang langsung dilantik oleh Gubernur adalah Kepala Nagari Pasia. Ini tentu menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat nagari Pasia.
Karena Pasia awalnya adalah  berasal dari dua nagari yang kemudian membuat nagari sendiri, sehingga dalam pembagian persukuan juga dibagi dua yang dikenal dengan sebutan “limo ka ateh” dan “limo ka bawah”. Anak-kemenakan pasukuan-pasukuan Pasia yang disebut ‘limo ka ateh’ berasal dari Ampang Gadang dan ‘limo ka bawah’ dari Batu Taba. Pasukuan ‘limo ka ateh’ dari Ampang Gadang yaitu Suku Koto, Guci, Tanjuang, Sikumbang dan Jambak. Sementara pasukuan ‘limo ka bawah’ dari Batu Taba yaitu Suku Koto, Piliang, Guci, Tanjung dan Sikumbang. Sampai sekarang semua suku-suku tersebut masih ada di Nagari Pasia. Bahkan sekarang nagari Pasia sudah banyak didatangi pendatang dari nagari dan daerah lain. Sehingga menambah keraragam nagari Pasia.
 
Surau Usang
Nagari Pasia juga memiliki kekayaan sejarah yakni Surau Usang yaitu Surau tua yang masih kokoh berdiri di nagari Pasia. Disebelah surau ini juga terdapat kuburan panjang. Disebut kuburan panjang karena ukuran kuburan ini sangat panjang, menurut cerita masyarakat, kuburan tersebut adalah kuburan orang-orang zaman dahulu yang memiliki ukuran tinggi melebihi ukuran tinggi orang normal zaman sekarang. Selain itu masyarakat Pasia juga dikenal religius karena di nagari Pasia terdapat dua sekolah agama yaitu Tarbiyah Islmiayah Pasia dan Pondok Pesantren Dinniyah Pasia.
                                                          
 Tarbiyah Islamiyah Pasia                                        Pesantren Diniyah Pasia